Difference between revisions of "Konsep Penurunan Kemiskinan"
From SEPAKAT wiki
Line 2: | Line 2: | ||
<br /> | <br /> | ||
# Jalur '''Pertumbuhan''' | # Jalur '''Pertumbuhan''' | ||
− | #: Pertumbuhan yang dimaksud di sini adalah pertumbuhan pengeluaran atau pemasukan yang menjadi pengukur standar hidup di daerah. Indonesia sendiri menggunakan rata-rata pengeluaran bulanan per kapita sebagai basis pengukuran standar hidupnya, di mana batas kemiskinan ditentukan oleh Garis Kemiskinan, yaitu pengeluaran minimal yang harus dipenuhi demi mendapat standar hidup layak<ref>Penjelasan lebih lanjut dapat dibaca di [[Ukuran Kemiskinan]]</ref>. | + | #: Pertumbuhan yang dimaksud di sini adalah pertumbuhan pengeluaran atau pemasukan yang menjadi pengukur standar hidup di daerah. Indonesia sendiri menggunakan rata-rata pengeluaran bulanan per kapita sebagai basis pengukuran standar hidupnya, di mana batas kemiskinan ditentukan oleh Garis Kemiskinan, yaitu pengeluaran minimal yang harus dipenuhi demi mendapat standar hidup layak<ref>Penjelasan lebih lanjut dapat dibaca di [[Ukuran Kemiskinan]].</ref>. |
#: Efek Pertumbuhan dianggap '''positif berkontribusi terhadap penurunan kemiskinan (+)''' apabila '''rata-rata pengeluaran bulanan per kapita sekelompok individu miskin dapat bertambah melebihi Garis Kemiskinan''', sehingga mereka menjadi tidak miskin. | #: Efek Pertumbuhan dianggap '''positif berkontribusi terhadap penurunan kemiskinan (+)''' apabila '''rata-rata pengeluaran bulanan per kapita sekelompok individu miskin dapat bertambah melebihi Garis Kemiskinan''', sehingga mereka menjadi tidak miskin. | ||
#: Sebaliknya, efek pertumbuhan dianggap '''negatif berkontribusi terhadap penurunan kemiskinan (-)''' apabila '''penambahan rata-rata pengeluaran bulanan per kapita sekelompok individu miskin masih tidak dapat mengimbangi penambahan Garis Kemiskinan''', sehingga mereka tetap miskin. | #: Sebaliknya, efek pertumbuhan dianggap '''negatif berkontribusi terhadap penurunan kemiskinan (-)''' apabila '''penambahan rata-rata pengeluaran bulanan per kapita sekelompok individu miskin masih tidak dapat mengimbangi penambahan Garis Kemiskinan''', sehingga mereka tetap miskin. |
Latest revision as of 04:39, 6 March 2020
Berdasarkan dinamika standar hidup, perubahan status kemiskinan dapat terjadi melalui 2 jalur, yaitu:
- Jalur Pertumbuhan
- Pertumbuhan yang dimaksud di sini adalah pertumbuhan pengeluaran atau pemasukan yang menjadi pengukur standar hidup di daerah. Indonesia sendiri menggunakan rata-rata pengeluaran bulanan per kapita sebagai basis pengukuran standar hidupnya, di mana batas kemiskinan ditentukan oleh Garis Kemiskinan, yaitu pengeluaran minimal yang harus dipenuhi demi mendapat standar hidup layak[1].
- Efek Pertumbuhan dianggap positif berkontribusi terhadap penurunan kemiskinan (+) apabila rata-rata pengeluaran bulanan per kapita sekelompok individu miskin dapat bertambah melebihi Garis Kemiskinan, sehingga mereka menjadi tidak miskin.
- Sebaliknya, efek pertumbuhan dianggap negatif berkontribusi terhadap penurunan kemiskinan (-) apabila penambahan rata-rata pengeluaran bulanan per kapita sekelompok individu miskin masih tidak dapat mengimbangi penambahan Garis Kemiskinan, sehingga mereka tetap miskin.
- Jalur Redistribusi
- Redistribusi di sini adalah proses re-distribusi, di mana “distribusi” bermaksud untuk menggambarkan distribusi/penyebaran rata-rata pengeluaran bulanan per kapita di daerah. Redistribusi merupakan proses di mana persebaran rata-rata pengeluaran bulanan per kapita di daerah tersebut dimodifikasi, dengan mentransfer sebagian rata-rata pengeluaran bulanan per kapita daerah dari kelompok individu kaya ke kelompok individu miskin.
- Jalur redistribusi dapat dilaksanakan oleh pemerintah
- Pemerintah pusat dan daerah dapat melakukan proses redistribusi ini, dengan cara menetapkan pajak dan retribusi untuk memotong pengeluaran bulanan kelompok individu kaya, dan hasil pemotongannya diberikan ke kelompok individu miskin dalam bentuk subsidi, bantuan sosial dan pembangunan infrastruktur yang dapat dipergunakan oleh kelompok individu miskin.
- Efek Redistribusi dianggap positif berkontribusi terhadap penurunan kemiskinan (+) apabila tambahan transfer pengeluaran bulanan per kapita dari kelompok individu kaya ke kelompok individu miskin berhasil membuat pengeluaran kelompok individu miskin berada di atas Garis Kemiskinan, sehingga mereka menjadi tidak miskin.
- Sebaliknya, Efek Redistribusi dianggap negatif berkontribusi terhadap penurunan kemiskinan (-) apabila tambahan transfer pengeluaran bulanan per kapita dari kelompok individu kaya ke kelompok individu miskin belum membuat pengeluaran kelompok individu miskin menjadi berada di atas Garis Kemiskinan, sehingga mereka tetap miskin.
Di dunia nyata, kedua efek ini selalu berjalan secara berdampingan, sehingga efeknya tidak dapat dibedakan secara langsung. Namun di atas kertas, apabila data yang digunakan tersedia, kedua efeknya dapat dipisahkan satu sama lain. Cara pemisahan ini lebih dikenal sebagai dekomposisi.
Sumber
Ravallion, M. (2016). The Economics of Poverty: History, measurement and policy. New York: Oxford University Press.
Referensi
- ↑ Penjelasan lebih lanjut dapat dibaca di Ukuran Kemiskinan.